Wednesday, June 1, 2011

Kritik

Ini bukan rekayasa politik, sosial ataupun kepentingan lain, akan tetapi hanya ketertarikan penulis dengan fenomena alam yang berkaitan dengan intrik-intrik kehidupan manusia disekitarnya.
Pada kenyataanya, memang sifat "aku" manusia pulalah yang menjadikan ciptaan tuhan ini berubah. Keberadaan wisata alam Situ Bagendit, memang tidak terlepas dari sejarah. Belanda-lah yang menjadikan disain keindahan alam ini berubah fungsi menjadi sarana wisata, dan belanda pulalah yang membentuk, menata serta mempublikasikan keindahan alam yang satu ini ke seluruh dunia.
Jika kita mau jujur, meskipun belanda adalah penjajah yang notabene adalah pemeras negeri ini, namun keberadaan wisata alam Situ Bagendit menjadi situs penomental yang tidak akan bisa dilupakan.
Belanda bukanlah bangsa indonesia dan tidak memiliki kepentingan terhadap negeri ini, apapun yang dikerjakannya adalah mimpinya memiliki negara ini, sehingga kiprahnya terhadap pembangunan serta pembentukan tatanan daerah wisata, adalah bagian dari penataan mimpi negaranya.
Saat ini, dengan banyaknya kepentingan, terutama golongan, politik dan ras, sepertinya telah menciptakan rasa ketidak bersamaan, bahkan daerah ini lupa, bahwa maha karya sang pencipta itu, tidak serta merta menjadi nyaman dan berfungsi sebagai wisata menarik, tanpa sentuhan-sentuhan kreatif dari "manusia" yang memiliki keahlian dan kemampuan serta kemauan yang tinggi akan fungsi-fungsi alami sebuah wisata.
Ditulisan ini, penulis mengulas sedikit tentang wisata alam ini yang dikaitkan dengan salah seorang yang menurut penulis memiliki sedikit andil terhadap keberadaan situ bagendit saat ini, namun mungkin karena "ingin melupakan", dan mungkin pula karena "ketidak mau tahuan", atau "takut orang lain yang populer", sehingga "rasa ikhlash" akan negeri/daerah ini "terabaikan", maka berubahlah situ bagendit ini menjadi wisata yang kurang menarik, dan berkesan seperti asal-asalan.

No comments:

Post a Comment